Keasaman dan Kebasaan
Senyawa Organik
Asam organik
Dicirikan oleh adanya atom hidrogen yang terpolarisasi positif. Terdapat
dua macam asam organik, yang pertama adanya atom hidrogen yang terikat dengan
atom oksigen, seperti pada metil alkohol dan asam asetat.
Pada tahun 1887 S.
Arrhenius mengajukan suatu teori yang menyatakan bahwa apabila suatu elektrolit
melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel negative yang
disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan beberapa hal misalnya elektrolisis
dan hantaran elektrolit.
Menurut Arrhenius,
asam merupakan zat yang dalam air melepaskan ion H+, sedangkan basa merupakan
zat yang dalam air melepaskan ion OH-. Jadi, menurut Arrhenius, pembawa sifat
asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH-. Jika asam
Arrhenius dirumuskan denga HxA, di dalam air asam itu akan mengalami ionisasi
sebagai berikut.
Basa Arrhenius
merupakan hidroksida logam, M(OH)x, yang di dalam air membebaskan ion
hidroksida (OH-) sesuai dengan persamaan reaksi berikut :
Deybe dan Huckel (1923) dan onsager (1927)
merevisi teori ion yang telah disajikan Arrhenius. Menurut mereka elektrolit
kuat selalu terurai sempurna menjadi ion. Sebelum W. Ostwald dan Arrhenius
menjelaskan penguraian elektrolit, orang telah berusaha mendefenisikan asam dan
basa. Rasa masam dan pengauh terhadap zat warna tumbuh-tumbuhan, merupakan sifat
asam. Sifat yang dimiliki sabun adalah alkali. Akhirnya orang menggunakan istilah
basa sebagai pengganti alkali yang sifatnya berlawanan dengan asam. Basa
didefenisikan sebagai zat yang dapat bereaksi dengan asam membentuk garam
(Achmad, 1996, hal: 97).
Teori asam basa
menurut Archenius, ialah : Asam adalah senyawa yang dalam larutannya dapat
menghasilkan ion H+. Dan basa adalah senyawa yang dalam larutannya menghasilkan
ion OH-.
Menurut
Brousted-Lowry, asam adalah proton donor, sedangkan basa adalah proton
acceptor. Contoh :
1)
HAc(aq) + H2O(l) << H3O(aq) +
Ac(aq)
Asam
1 Basa 2 Asam -2
Basa -1
HAc dengan Ac
merupakan pasangan asam basa konjugasi.
H3O dengan H2O
merupakan pasangan asam basa konjugasi.
2)
H2O(l) + NH3(aq) <<
NH4(aq) + OH(aq)
Asam
-1 Basa -2 Asam
-2 Basa -1
ALKOHOL
DAN FENOL
Fenol
yang dikenal dengan nama asam karbolat ini memiliki sifat jutaan kali lebih
asam dibandingkan dengan alkohol karena fenol mampu melepasakan ion H+
dari gugus hidroksil sehingga membuat
fenol menjadi anion fenoksida. Anion (muatan negatif) ini akan disebar oleh cincin aromatik
(delokalisasi), sedangkan pada alkohol tidak terjadi. Fenol memiliki sifat
beracun (toksik) pada jaringan hewan dan berbau sangat menyengat. Fenol juga
sulit didegradasi oleh organisme pengurai/dekomposer sehingga dapat masuk
dengan mudah ke dalam tubuh manusia melalui pencernaan dan pernapasan (Ulya,
2012).
ASAM KARBOKSILAT
Suatu asam karboksilat adalah
suatu senyawa yang mengandung gugusan karboksil, suatu istilah yang berasal
dari karbonil dan hidroksil. Gugusan yang terikat pada gugusan karboksil dalam
asam karboksilat bisa gugus apa saja, bahkan bisa gugus karboksil lain.
Dalam asam karboksilat gugus -COOH terikat pada gugus alkil (-R) atau gugus aril (-Ar). Meskipun yang mengikat gugus –COOH daspat berupa gugus alifatik atau aromatic, jenuh atau tidak jenuh, tersubstitusi atau tidak tersubstitusi sifat yang diperlihatkan oleh gugus –COOH tersebut pada dasarnya sama. Di samping terdapat asam yang mengandung satu gugus karboksil (asam monokarboksilat), diketahui juga terdapat asam yang memiliki dua gugus karboksil (asam dikarboksilat) dan tiga buah gugus karboksil (asam trikarboksilat). Perbedaan banyaknya gugus –COOH ini tidak mengakibatkan perubahan sifat kimia yang mendasar
Resonansi dan Kekuatan Asam
Sebab utama asam karboksilat bersifat asam adalah resonansi stabil dari ion karboksilat. Kedua struktur dari ion karboksilat adalah ekivalen; muatan negatif dipakai sam oleh kedua atom oksigen.
Delokalisasi dari muatan negatif ini menjelaskan mengapa asam karboksilat lebih asam daripada fenol. Walaupun ion fenoksida merupakan resonansi stabil kontribusi utama struktur resonansi mempunyai muatan negatif berada pada satu atom.
Dalam asam karboksilat gugus -COOH terikat pada gugus alkil (-R) atau gugus aril (-Ar). Meskipun yang mengikat gugus –COOH daspat berupa gugus alifatik atau aromatic, jenuh atau tidak jenuh, tersubstitusi atau tidak tersubstitusi sifat yang diperlihatkan oleh gugus –COOH tersebut pada dasarnya sama. Di samping terdapat asam yang mengandung satu gugus karboksil (asam monokarboksilat), diketahui juga terdapat asam yang memiliki dua gugus karboksil (asam dikarboksilat) dan tiga buah gugus karboksil (asam trikarboksilat). Perbedaan banyaknya gugus –COOH ini tidak mengakibatkan perubahan sifat kimia yang mendasar
Resonansi dan Kekuatan Asam
Sebab utama asam karboksilat bersifat asam adalah resonansi stabil dari ion karboksilat. Kedua struktur dari ion karboksilat adalah ekivalen; muatan negatif dipakai sam oleh kedua atom oksigen.
Delokalisasi dari muatan negatif ini menjelaskan mengapa asam karboksilat lebih asam daripada fenol. Walaupun ion fenoksida merupakan resonansi stabil kontribusi utama struktur resonansi mempunyai muatan negatif berada pada satu atom.
Basa organik
dicirikan
dengan adanya atom dengan pasangan elektron bebas yang dapat mengikat
proton. Senyawa-senyawa yang mengandung atom nitrogen adalah salah satu
contoh basa organik, tetapi senyawa yang mengandung oksigen dapat pula
bertindak sebagai basa ketika direaksikan dengan asam yang cukup kuat.
Kebasaan Amina
Kebasaan Amina
Nama
|
Rumus
|
Td o c
|
Tetapan
disosiasi, (kb)
|
pKb
|
amonia
|
NH3
|
- 33,4
|
2,0 x 10-5
|
- 4,70
|
metilamin
|
CH3NH2
|
- 33,4
|
44 x 10-5
|
- 3,36
|
dimetilamin
|
(CH3)2NH2
|
7,4
|
51 x 10-5
|
- 3,79
|
trimetilamin
|
(CH3)3NH
|
2,9
|
5,9 x 10-5
|
- 4,23
|
etilamin
|
CH3CH2NH2
|
16,6
|
47 x 10-5
|
- 3,23
|
n-propilamin
|
CH3CH2CH2NH2
|
47,6
|
38 x 10-5
|
- 3,42
|
n-butilamin
|
CH3(CH2)3NH2
|
77,8
|
40 x 10-5
|
- 3,40
|
Anilin
|
C6H5NH2
|
184,0
|
4,2 x 10-5
|
- 9,38
|
N-metilanilin
|
C6H5NHCH3
|
195,7
|
7,1 x 10-5
|
- 9,15
|
N, N-dimetilanilin
|
C6H5N(CH3)2
|
193,5
|
11 x 10-5
|
- 8,96
|
etilenadiamin
|
NH2CH2CH2NH2
|
116,5
|
8,8 x 10-5
|
- 4,07
|
heksametilenadiamin
|
NH2(CH2)6NH2
|
204,5
|
85 x 10-5
|
- 4,07
|
Piridin
|
C5H5N
|
115,3
|
23 x 10-5
|
- 8,64
|
Dari tabel diatas
terdapat harga pKb untuk beberapa senyawa amina. Kalau diperhatikan persamaan
reaksi dibawah ini maka RNH2 bersifat basa karena dapat mengikat H+,
sehingga persamaan reaksi sbb:
K adalah tetapan kesetimbangan basa. Dari
persamaan tersebut secara matematik dapat disimpulkan bahwa makin besar harga Kb,
berarti makin banyakj amina yang bereaksi, [ RNH2 ] makin kecil. Hal ini menunjukan makin besar harga Kb,
kekuatan basa makin tinggi.
Pengaruh
resonansi
Untuk amina aromatik,
ternyata sifat kebasaannya lebih lemah jika dibandingkan dengan amina siklik.
Misalnya : sikloheksilamina lebih basa 1 juta kali dari anilina.
Perbedaan sifat
kebasaan ini dapat dipahami dari keterangan berikut. Anilin adalah senyawa yang
mampu membentuk ikatan delaokala
Dan struktur resonansi hibrid yang mungkin adalah :
Dan struktur resonansi hibrid yang mungkin adalah :
pasangan elektron bebas
didelokalisasi melalui resonansi
Dari keempat struktur
resonansi hibrid ini, struktur 2, 3 dan 4 menunjukan bahwa bahwa atom N tidak
mempunyai orbital isi. Hal ini berbeda dengan sikloheksilamina yang tidak dapat
membentuk ikatan delokal, sehingga keboleh jadi untuk terjadi protonasi pada
sikloheksilamina lebih besar.
Analog dengan keterangan di atas, amida juga mempunyai
sifat basa yang jauh lebih lemah dari amina.
Pada amida terdapat
juga orbital delokal yang meliputi atom N.
Akibatnya elektron pada atom N akan tersebar. Hal ini terlihat pada
hibrida resonasi II yang menunjukan bahwa N tidak mempunyai orbital isi. Selain
itu dampak induksi negatif dari gugus C=O terhadap N juga dapat melemahkan
basisitas dari N. Dua faktor ini mengakibatkan basisitas atom N pada amida
menjadi lebih lemah . beberapa pKb dari amina dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Dari
tabel diatas , terlihat bahwa ke basaan amina sekunder lebih tinggi daripada
amina primer apabila mengikat gugus alkil yang sama. Tetapi amina primer
kebasaan nnya lebih tinggi daripada amina tersier. Semakin turunnya kekuatan
basa pada trimetilamina karena adanya beda ntropi kondisi final dengan kondisi
inifial. Yang dimaksud dengan kondisi final adalah kondisi dimana sistem sudah
mengandung kation dan anion .
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Hiskia. Kimia
Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.
https://id.scribd.com/document/356229127/makalah-kimia-organik-Amina-docx
Stoker. 1991. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Ulya.
2012. “Pengaruh Variasi Suhu
Terhadap Kemampuan DegradasiFenol dan Pertumbuhan Bakteri Pendegradasi Fenol
dari Limbah Cair Tekstil”. Yogyakarta: Program Studi Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga.
Pertanyaan : faktor apa saja yang mempengaruhi senyawa
itu bersifat asam atau basa ? atau hanya dari faktor resonansi saja kah?
Komentar
baiklah disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan
Faktor yang mempengaruhi suatu senyawa bersifat asam atau basa tidak hanya resonansi tetapi ada faktor lain yaitu efek induksi, elektronegatif, solvanasi, dan lainnya
Terimakasih :)
saya akan mencoba menjawab. menurut saya tidak hanya pengaruh resonansi yang mempengaruhi sifat keasaman dan kebasaan suatu senyawa, faktor lain yang dapat dilihat misalnya keelektronegatifan, efek induksi hibridisasi dan sebagainya.